Kisah di Balik Kata Paksa
Setelah liburan begitu panjang, akhirnya kembali pada jalan yang memnag seharusnya terjadi. Udara pun belum menerima haknya untuk dihirup tapi ada waktu yang terus menghimpit diantara jarumnya. Dimulai dari tanggal 11 febr 2016 sampai 14 febr 2016. Semua rasa menjadi satu, ada banyak angin berhembus bahkan berlawanan diantara keduanya.
Benang kusut mulai merajut, tapi ada satu benang yang mencoba untuk menariknya agar lebih lurus dan membentuk satu senyuman di pipi. Hatiku berkata bahwa ini adalah kewajibanmu, hakmu, laksanakan menurut niatmu, selebihnya kamu punya Tuhan yang tak pernah lelah memandangmu dari dalam hati.
Kalimat pertama yang menjadi teguran dan perbaikan dalam sepanjang yang telah dilalui bersama. Baikkah, atau burukkah? Tergantung padanya (hati ini)
itu kalimat-kalimat dalam pertemuan pertama kita (evaluasi)
kalimat-kalimat berikutnya, berkhayalkan mencetak kehidupan dari butir-butir kata yang berharga, penuh dengan ide, belajar, gagasan, dan ketelitian dalam setiap langkahnya.
Butiran itu adalah usaha. Kata penting, akan semakin meluruskan jalan rezeki bila ingin berusaha, atau memulai membuatnya dalam kenyataan bukan khayalan lagi (proposal bisnis).
Di sela-sela himpitan waktu, hati mulai gelisah menantikan kapan aku berhenti dan menutup mata dari semua putaran waktu ini. Angin menghampiri dari arah yang berbeda, berbisikkan "ini harimu, hiasi dengan apa yang ingin kamu hiasi. Jangan takut dengan benda mati yang kita sebut mesin waktu. Dia hanya bergerak dan perputar mengelilingi angkanya".
Melihat sesuatu yang sudah pernah dilihat sebelumnya, namun dengan kesombongan hati pelan-pelan aku mencba dan mencari tahu lebih banyak tentangnya. "Oh, ternyata begini kesombonganku, aku menyesal. Takkan ku sombong hanya karena "kata cukup". (blogger)
Hari beikutnya, di pusingkan dengan ceramah yang membuat kakiku kram tak tertahankan, bahkan bukan hanya kaki. Otak ini tak berfungsi namun di alirkan listrik dengan tegangan yang begitu tinggi sehingga makhluk yang ada di dalamya bangkit dengan mencari-cari, apa yang aku bisa lakukan dengan kesempatan kali ini. Aku harus bisa, jangan takut. Waktu itu akan terlewati. Yah, ini yang aku tunggu. (Karya Ilmiah)
Huhh... aku mulai lelah, aku berbisik pada angin, cukup sudah!. aku tak ingin memberi hakmu hari ini. Aku juga berkata pada mesin waktu, tolong berhenti sejenak. Aku tak ingin melihatmu berputar saat ini. Namun, kalimat apa yang ku dapat? Tidak!, itu tidak akan terjadi, ini belum mencapai batas kemampuanmu. Kali ini, kamu hanya perlu duduk dan dengarkan saja, bangun semangatmu kemabli. Lihat masa depanmu, apa yang kamu inginkan dalam hidupmu. Apa yang harus kami beri untuk dirimu itu. Ya, satu kalimat yang membuat perubahan dalam otak ini. bekerjalah dengan kalimat positif. Bahagia itupilihan, apapun keadaannya aku pilih untuk tetap bahagia. Maka, aku harus membuang semua kalimat negatif dalam pikiranku. Baiklah, kali ini aku dikenadalikan oleh istana pikiranku sendiri. (Enterpreuner)
Ampuuunnn.....ini hari terakhir, yang penuh semangat karena akan selesai dan berakhir. Aku tidak menyukai hal semacam ini, namun demi ukuwah katanya, lakukanlah untuk saudaramu. Baiklah, aku kerjakan sesuai dengan alurnya. lakukan saja, sisanya serahkan pada yang berhak. Kamu harus bahagia. Ingat itu!.
(Family food)
Kesimpulannya:
Aku sadari, inilah hariku, inilah waktuku, inilah keluargaku, inilah paksaan yang harus aku jalani.
Jalankan saja, sisanya serahkan pada yang berhak.
ingat!, apapun pilihannya, kamu tetap harus bahagia,.
Apapun keadaannya, berpikirlah positif untuk jiwa yang sempurna.